BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Jasa
Lovelock
dan Writz (2005) mengungkapkan dua pengertian jasa, diantaranya adalah ; (1)
jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak
lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya
pada dasarnya tidak nyata dan tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor
produksi, (2) jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan
manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari
tindakan yang mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama
penerima jasa tersebut. Manfaat yang dimaksud adalah keuntungan atau laba yang
diperoleh pelanggan dari kinerja jasa atau penggunaan barang fisik.
2.1.1 Karakteristik Jasa
Menurut
Kotler (2000) ada 4 karakteristik pokok jasa yang membedakan dengan barang
yaitu:
a.
Tidak berwujud (intangibility)
Jasa memiliki sifat intangible artinya tidak
dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, ataupun dicium sebelum dibeli.
Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum membeli jasa tersebut
terlebih dahulu.
b.
Tidak
terpisahkan (inseparability)
Umumnya jasa dijual terlebih dahulu kemudian
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa juga merupakan
bagian dari jasa tersebut, baik penyedia maupun pelanggan akan mempengaruhi
hasil dan jasa tersebut.
c.
Bervariasi (variability)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized
output yang berarti bahwa terdiri dari banyak variasi bentuk, kualitas, dan
jenis, tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
d.
Mudah lenyap (perishability)
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan
tidak dapat disimpan jika permintaan jasa bersifat konstan sehingga bila tidak
digunakan maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Umumnya permintaan jasa
bervariasi dan dipengaruhi faktor musiman. Menurut Umar (2003), mengemukakan lima
dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu :
1.
Reliability,
yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
janji yang ditawarkan.
2.
Responsiveness,
yaitu respon atau kesigapan karyawan atau staf dalam
membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.
3.
Assurance, yaitu meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan
terhadap produk secara tepat, keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam
memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam
menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
4.
Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada konsumen seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan
karyawan untuk berkomunikasi kepada konsumen dan usaha perusahaan untuk
memahami keinginan dan kebutuhan konsumen.
5.
Tangibles, yaitu meliputi penampilan fasilitas fisik seperti
gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan,
kerapian dan kenyaman ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan
karyawan.
Salah satu
faktor yang menentukan kepuasan pelangan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang
berfokus pada lima dimensi ini. Kepuasan pelanggan selain itu dipengaruhi oleh
persepsi kualitas jasa juga ditentukan oleh kualitas produk, harga, dan
faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi
sesaat.
2.1.2 Klasifikasi Jasa
Menurut
Kotler (2000) produk dan jasa dapat ditawarkan kepada pasar dengan berbagai
klasifikasi sebagai berikut:
a.
Produk berwujud
murni
Penawaran yang hanya terdiri dari produk fisik,
misalnya: sabun mandi, pasta gigi, atau sabun cuci tanpa adanya jasa atau
pelayanan lainnya yang menyertai produk tersebut.
b.
Produk berwujud
disertai layanan
Penawaran yang terdiri dari suatu produk fisik yang
disertai dengan satu atau beberapa layanan untuk meningkatkan daya tarik
pelanggannya dimana penjualannya tergantung kepada kualitas produk tersebut dan
tersediannya pelayanan pelanggan, seperti: tersedianya ruang pamer, perbaikan
dan pemeliharaan, operator dan sebagainya.
c.
Campuran
Tawaran ini memberikan barang dan jasa dengan proporsi
yang sama, misalnya pelanggan dapat menikmati makanan dan pelayanan yang
ditawarkan secara bersamaan di restoran.
d.
Jasa utama yang
disertai barang dan jasa tambahan
Tawaran yang terdiri dari jasa utama yang disertai
jasa tambahan dan barang pendukung lainnya, misalnya bila pelanggan ingin naik
pesawat terbang. Hal ini berarti pelanggan telah membeli jasa transportasi dan
pelanggan dapat menikmati pelayanan yang ditawarkan, seperti: makanan, minuman,
majalah penerbangan selama perjalanan. Pelanggan harus naik pesawat terbang
terlebih dahulu untuk menikmati produk yang ditawarkan selama perjalanan.
e.
Jasa murni
Tawaran yang diberikan hanya berupa jasa, misalnya:
menjaga bayi, memijat, psikoterapi dan sebagainya.
2.1.3 Kualitas Jasa
Menurut
Supranto (2001) kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu
yang harus dkerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dan
penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam
rangka meraih keunggulan yang bersekinambungan, baik sebagai pemimpin pasar
ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa
adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa
tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan.
2.2. Kepuasan Pelanggan
Menurut
Kotler (2000), para konsumen membentuk suatu harapan akan nilai dan bertindak
berdasarkan hal itu, kenyataannya apakah suatu penawaran memenuhi harapan akan
nilai konsumen mempengaruhi dan kemungkinan mereka akan membeli kembali. Para
pembeli akan membeli kembali pada perusahaan yang mereka anggap menawarkan
customer delivery value yang tinggi. Menurut Rangkuti (2003), kepuasan
pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap kesesuaian antara tingkat
kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian.
Kepuasaan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan
oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut.
Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi
berupa mutu pelayanan yang buruk untuk tahapan selanjutnya, sehingga pelanggan
merasa tidak puas dengan pelayanan serta keseluruhan. Irawan (2003) juga
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan serta tidak langsung mencerminkan seberapa
jauh perusahaan telah merespon keinginan dan harapan pasar. Dalam jangka pendek
seringkali, tidak terlihat hubungan antara kepuasaan pelanggan dengan tingkat
keuntungan, karena kepuasan adalah strategi kepuasaan yang bersifat defensive,
maka kemampuan untuk mempertahankan pelanggan itulah yang akhirnya mempengaruhi
keuntungan dalam jangka pendek.
2.2.1 Faktor-faktor Pendukung Kepuasan Pelanggan
Irawan
(2003) mengemukakan bahwa terdapat lima komponen yang dapat mendorong kepuasan
pelanggan, yaitu:
1.
Kualitas produk
Kualitas produk menyangkut lima elemen, yaitu performance,
reliability, conformance, durability, dan consistency. Konsumen akan
merasa puas bila hasil evaluasi menunjukan bahwa produk yang mereka
gunakan berkualitas.
2.
Kualitas
pelayanan
Pelanggan akan merasa puas apabila pelayanan yang baik
yang sesuai dengan yang diharapkan. Dimensi kualitas pelayanan menurut konsep
serqual meliputi reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan
tangible. Dalam banyak hal, kualitas pelayanan mempunyai daya diferensiasi
yang lebih kuat dibandingkan dengan kualitas produk.
3.
Faktor emosional
Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan
suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari
atas rasa bangga, rasa percaya diri, symbol sukses, dan sebagainya.
4.
Harga
Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan
kepuasan yang relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi
pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan mendapat value for
money yang tinggi.
5.
Kemudahan
Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh
produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman
dan efisien dalam mendapatkan produk ataupelayanan.
Pagano
dan McKnight dalam Masri (2002), mengembangkan pengukuran kepuasan
pelanggan yang sering digunakan pada jasa transportasi, meliputi delapan aspek
pelayanan, masing-masing dipercayai mewakili kebutuhan dasar dari keseluruhan
dimensi kualitas, yaitu:
1.
Keandalan dan
Kinerja Tepat Waktu (Reliability And On-TimePerformance)
Pengumuman penundaan/pembatalan keberangkatan (notification
of delays and cancellations) waktu tunggu (wait times), alas an kedatangan
yang tepat waktu (reasonably on-time arrivals), minimal penundaan
atas kendaraan (minimal on-vehicle delays).
2.
Kenyamanan (Comfort)
Adanya jaminan (guaranteed space), kondisi dan kebersihan kendaraan
(condition and cleanliness of vehicles), kemulusan perjalanan (smoothness
of ride), ventilasi dan penyejuk udara (air conditioning and ventilation),
tempat berlindung (shelter) dan tempat duduk untuk menunggu di luar
ruang.
3.
Kemudahan
Membuat Reservasi Akomodasi yang berubah (Accomodation to changes)
menentukan pengendara atau menyusun waktu penjemputan (rider determined or
preset pick-up times), memperpendek waktu pemesanan atau reservasi (shortness
of reservation time) dan prosedur reservasi yang mudah (easy of
procedure).
4.
Perluasan
Layanan (Extend Of Service) Layanan total 24 jam (total hour of
availability); pembatasan jarak (distance restriction); layanan
akhir minggu dan sore hari (weekend and evening service); penolakan
perjalanan yang rendah disebabkan pembatasan kapasitas (low rate of trips
denial due to capacity constraint).
5.
Akses Kendaraan
(Vehicles Access) Lebar lorong antar tempat duduk (aisle width) di
gerbong KA, tinggi pijakan kaki pertama di pintu masuk gerbong (first step
height), jumlah tangga masuk (number of steps), tingkat bantuan yang
disediakan dari kendaraan sampai ke tujuan (level of assistance provided
from vehicles to destination), bantuan bagasi (assistance with packages).
6.
Keamanan (Safety)
Tingkat kemungkinan terjadi kecelakaan yang rendah (low probability of
assault or accidental injury), masinis yang mendahulukan keamanan, lintasan
KA yang aman dan jalur rel KA yang aman.
7.
Karakteristik
Masinis Dan Kru (Driver & Crew Characteristic) Kemampuan menangani
medis dalam keadaan darurat (ability to handle medical emergencies),
jujur dan ramah (courteous and friendly), sensitive dan memahami
kebutuhan penumpang KA (sensitive and knowledgeable about riders need), sensitive
pada kebutuhan individual, tingkat profesionalisme dan berpengalaman.
8.
Tanggung Jawab
Pada Individual (Responsiveness To Individual) Operator telepon yang
meyakinkan dan ramah, kemudahan memperoleh informasi yang jelas, bertanggung
jawab pada keluhan dan pemberian saran dan mengikuti prosedur.
2.2.2 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan
memantau kepuasan pelanggan dan pelanggan pesaing. Kotler dalam Tjipto
dan Chandra (2005) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan,
yatiu:
1.
Sistem Keluhan
dan Saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan
(customer oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan
nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat dan
keluhan pelanggan. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang
ditempatkan di lokasi-lokasi strategis (yang mudah dijangkau atau sering
dilewati pelanggan), kartu komentar (yang diisi langsung maupun yang dikirim
via pos kepada peruahaan), saluran telepon khusus bebsa pulsa, websatie dan
lain-lain.
2.
Ghost
Shopping (Mystery Shopping)
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan
adalah dengan memperkerjakan beberapa orang ghost shopper untuk berperan
atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan pesaing. Mereka
diminta beriteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahan.
3.
Lost
Customer Analysis
Sedapat mungkin perusahaan menghubungi para pelanggan
yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami
mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau
penyempurnaan selanjutnya.
4.
Survei Kepuasan
Pelanggan
Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan
menggunakan metode survei, baik survei melalui pos, telepon, email, website,
maupun wawancara langsung.
2.2.3 Manfaat Mutu Kepuasan Pelanggan
Supranto
(2001) menyatakan bahwa pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya dengan
mutu produk (barang atau jasa). Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pemimpin
bisnis, antara lain:
1.
Mengetahui
dengan baik bagaimana jalannya atau bekerjanya proses bisnis.
2.
Mengetahui
dimana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara
terus-menerus untuk memuaskan pelanggan, terutama untuk hal-hal yang dianggap
penting oleh para pelanggan.
3.
Menentukan
apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan (improvement).
2.3. Transportasi
2.3.1 Definisi Transportasi
Transportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi
digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Transportasi
sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara
merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain
karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara
merupakan alat transportasi
tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
2.3.2
Moda
Transportasi
a. Moda Transportasi DaratTerdiri dari :
1.
Angkutan jalan
Angkutan Jalan adalah kendaraan yang diperbolehkan
untuk menggunakan jalan, menurut "Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993
tentang Kendaraan dan Pengemudi" disebutkan:
ü Sepeda Motor
Adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 tiga)
tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.
ü Mobil Penumpang
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi,
baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
ü Mobil Bus
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih
dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
ü Mobil Barang
Adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang
termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
2.
Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan
dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat
transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan
tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong
(dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut
berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam
skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan missal efektif, beberapa negara
berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama
angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara. Jenis-jenis
kereta api dilihat dari segi propulsi (tenaga penggerak) terdiri dari: kereta
api uap,kereta api diesel dan kereta api rel listrik (komuter), dilihat dari segi
penggunaan rel terdiri dari: kereta api rel konvensional dan kereta api
monorel. Sedangkan kereta api jika dilihat dari segi diatas/dibawah permukaan
tanah terdiri dari kereta api permukaan (surface), kereta api layang
(elevated) dan kereta api bawah tanah (subway).
ü Kereta Api Rel Listrik (komuter)
Mass rapid transit adalah layanan transportasi umum denganjangkauan lokal yang tersedia bagi
siapapun yang membayar ongkos yang telah ditentukan dan dirancang untuk memindahkan
sejumlah besar penumpang dalam waktu bersamaan. Salah satu bentuk dari mass
rapid transit adalah Kereta Api (KA) Komuter. Istilah KA Komuter berkaitan dengan
pengoperasian kereta api hanya pada awal dan akhir hari kerja, dikhususkan
untuk mengangkut konsumen yang hendak menuju ke dan atau meninggalkan pusat
kota. Akan tetapi istilah tersebut juga umum dipergunakan bagi semua jenis
angkutan kereta api yang tidak termasuk dalam kategori. Pola perjalanan KRL yang berlaku saat ini
adalah Commuter Line, dimana KRL
berhenti di tiap stasiun kecuali stasiun pemberangkatan Kereta Api Jarak Jauh
dengan kelas “Single Operation”. Pola operasi “Single Operation”
dimaksudkan bahwa perjalanan KRL hanya ada 1 jenis kelas pelayanan, tidak
seperti sebelumnya yang membagi kelas pelayanan menjadi 3, yaitu KRL Ekonomi,
KRL Ekonomi AC dan KRL Ekspress
3.
Transportasi
lainnya
Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang
lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi,
ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa antara lain:
Sepeda, becak. Bajaj, bemo, helicak dan delman.
2.4. Penelitian Terdahulu
Masri
(2002) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa Transportasi Kereta Api (Studi Kasus
Pada PT Kereta Api Indonesia Daop IV Semarang). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis linear berganda. Hasil analisis
menunjukkan data adalah valid dan realibel dengan tingkat realibilitas yang
tinggi dan tidak ditemukan adanya penyimpangan asumsi klasik. Uji model
menunjukkan bahwa model yang disusun adalah fit dan pengujian terhadap
hipotesis menyatakan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel
berwujud, keandalan, ketanggapan dan keyakinan terhadap kepuasan penumpang.
Pengaruh variabel empati terhadap kepuasan penumpang adalah tidak signifikan, sehingga
hipotesis 5 ditolak.
Arsyad
(2008) melakukan penelitian tentang Analisis Kepuasan Pelanggan terhadap
Kualitas Jasa Lembaga Pendidikan “XYZ”. Penelitian ini menggunakan alat
analisis IPA, CSI, dan Chi Square. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, karakteristik lembaga pemdidikan “XYZ” adalah sebagian besar
berjenis kelamin pria dengan rentang usia <25 tahun. Berdasarkan alat
analisis Chi Square semua karakteristik pelanggan memiliki hubungan
dengan kinerja atribut kualitas jasa lembaga pendidikan “XYZ”. Tingkat kepuasan
pelanggan terhadap kualitas lembaga pendidikan “XYZ” berada pada kategori cukup
puas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu Arsyad (2008)
terletak pada kegiatan analisis yang dilakukan yaitu analisis kepuasan konsumen
yang menggunakan metode analisis Importance Performance Analysis (IPA),
Customer Satisfaction Index (CSI) dan Uji Chi Square. Adapun
identifikasi karakteristik responden sama dengan penelitian sebelumnya yaitu
dilihat dari segi usia responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
pekarjaan, tingkat pendapatan perbulan. sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah dalam hal penentual atribut, karena disesuaikan
dengan objek yang diteliti yaitu KRL Commuter
Line Bogor-Jakarta dan disesuaikan pula dengan kondisi PT. KAI (Persero) Stasiun
Bogor yang menjadi lokasi penelitian. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu Masri (2003) terletak pada kegiatan analisis yang
dilakukan yaitu menganalisis tentang kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan Kereta Api. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah dalam hal penentuan atribut, karena disesuaikan dengan objek
yang diteliti yaitu KRL Commuter Line
Bogor-Jakarta dan disesuaikan pula dengan kondisi PT. KAI (Persero) Stasiun
Bogor yang menjadi lokasi penelitian. Selain itu terdapat perbedaan pada metode
penelitian yang digunakan. Pada penelitian Masri (2003) digunakan metode
analisis multivariat dengan model regresi.